English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified twitterfacebookgoogle plusrss feedemail

Sejarah

SEJARAH SOTO BETAWI

SOTO BETAWI merupakan makanan sejuta umat dan juga yang sangat populer di daerah DKI Jakarta.

Seperti halnya soto Madura dan soto sulung, Soto Betawi juga menggunakan Daging , Kikil, Paru, dan Jeroan lainnya.


Soto yang menggunakan nama Betawi pertama ada di daerah Lokasari didirikan oleh Li Boen Po, berdiri sejak 1971. Beliaulah pencipta PERTAMA yang menggunakan kata Soto Betawi.

Mulai saat itulah sekitar tahun 1978 Li Boen Po mulai berpikir untuk memberi nama pada sotonya agar punya identitas yang khas yaitu SOTO BETAWI.

Istilah Soto Betawi hadir dalam kuliner masakan Indonesia sekitar tahun 1977-1978, namun bukan berarti tidak ada soto sebelum tahun tersebut. Yang mempopulerkan dan yang pertama memakai kata Soto Betawi adalah Li Boen Po penjual soto di THR Lokasari / Prinsen Park, namanya tentunya dengan ciri khas cita rasa sendiri.

Karena banyak penjual soto pada masa tahun-tahun tersebut, biasanya menyebut dengan soto kaki Pak "X" atau sebutan lainnya.

Istilah soto Betawi mulai menyebar menjadi istilah umum dan populer ketika penjual soto tersebut tutup sekitar tahun 1991. Kini Nama SOTO BETAWI banyak di pakai oleh para pedagang SOTO masyarakat kampung Betawi di Jakarta dan sekitarnya.

SEJARAH SOTO TANGKAR BEKASI

Di tahun 1965 istilah Soto Tangkar sudah dikenal oleh orangtua dari Hj. Echa, istri H. Ahmad Muchtar. Semenjak kecil dia sudah ikut berdagang ke pasar Tambun dengan berjalan kaki dari rumah di daerah Kampung Durenjaya. Saat itu sempat dia mengenang masa kecil dimana keluarga kakeknya pernah menjual tulang-tulang sapi hasil pejagalan yang dikuburkan di satu tempat yang disebut bulak tangkar kepada perusahaan yang membutuhkan banyak tulang sapi untuk kebutuhan industri.

Dari hasil tabungan mengumpulkan tulang sapi termasuk tulang iga itulah, Hj. Echa bersama suaminya H. Ahmad Muchtar berhasil membeli sebidang tanah yang dibangun rumah di atasnya.

Setelah pernikahannya dengan Ahmad Muchtar, wanita ini tetap berdagang soto tangkar dengan resep rahasia warisan orang tuanya. Tak kurang godaan datang dari para pembeli yang kebanyakan dari kalangan juragan dan penggede. Sempat dia mengenang kala ada seorang juragan yang memintanya untuk berhenti berdagang soto, dan mau menjadi istri mudanya.  Hj. Echa hanya tertawa sambil mengenang masa-masa susahnya berdagang soto di tahun 1970-an dimana dia harus juga mendorong gerobak bergantian dengan sang suami.

Kini, Hj. Echa tetap berdagang bersama suami tercinta, dan membuka beberapa cabang yang dikelola oleh anaknya sendiri, Siti Rohimah serta Muhajirin. Jadi jika Anda ingin mengetahui seperti apa rasanya soto tangkar dari pelopor soto tangkar khas BEkasi, silakan saja datang ke Soto Tangkar H. Ahmad Muchtar.

Sidik Rizal - kulinerkuliner.com
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...